Bagaimana Cicular Reasoning Merasuk ke dalam Diagnosis Gangguan Perkembangan
Circular reasoning / Penalaran berputar-putar adalah kesalahan logika umum di mana penjelasan hanya mengulangi pernyataan yang telah disebutkan tanpa menambahkan informasi baru. Alhasil, Anda hanya berputar-putar di siklus pemikiran yang sama tanpa bergerak maju.
Dalam psikologi dan psikiatri, circular reasoning sering terdengar seperti ini:
- “Kenapa dia punya ADHD? Karena dia tidak bisa fokus.”
- “Kenapa dia tidak bisa fokus? Karena dia punya ADHD.”
Atau:
- “Bagaimana kita tahu anak ini memiliki autisme? Karena mereka menunjukkan gejala tertentu.”
- “Kenapa mereka menunjukkan gejala-gejala ini? Karena mereka memiliki autisme.”
Pola ini dapat berlaku untuk banyak gangguan perkembangan, seperti ADHD, autisme, atau gangguan pemrosesan sensorik. Pola ini tidak memberikan informasi nyata tentang perilaku anak—hanya sebuah lingkaran yang terdengar seperti penjelasan tetapi sebenarnya tidak.
Diagnosis adalah Deskripsi, Bukan Penyebab
Diagnosis seperti ADHD atau autisme tidak menyebabkan perilaku; diagnosis tersebut menggambarkannya. Istilah ini disebut “label rangkuman”, yang disepakati oleh para tenaga ahli untuk mengorganisasi dan mengomunikasikan pola perilaku yang diamati.
Misalnya:
- ADHD merujuk pada hiperaktivitas, kurangnya perhatian, dan impulsivitas.
- Autism Spectrum Disorder mengacu pada tantangan dalam interaksi sosial dan perilaku stereotip.
Mengatakan kesulitan sosial disebabkan oleh autisme sama seperti mengatakan autisme menyebabkan autisme—pernyataan yang tidak mengandung arti. Diagnosis merangkum gejala-gejala yang ditampilkan, tetapi tidak menjelaskan mengapa gejala tersebut muncul.
Seperti yang dikatakan psikiater Allen Frances, yang memimpin komite DSM-IV:
“Mental disorders are constructs, not diseases. Descriptive, not explanatory.” (Gangguan mental adalah konstruk, bukan penyakit. Sifatnya penjabaran, bukan penjelasan.)
Seberapa Luas Kesalahan Ini Menyebar?
Meskipun sebagian besar psikolog dan psikiater memahami perbedaan ini, penalaran melingkar sering kali merasuki percakapan di antara terapis, guru, dan orang tua. Banyak yang keliru percaya bahwa diagnosis mengidentifikasi “sesuatu” yang bersifat fisik atau biologis di otak yang menjelaskan perilaku tersebut.
Profesional menggunakan alat seperti kuesioner dan penilaian untuk mengamati gejala, bukan untuk menemukan penyebab biologis tertentu. Namun, masyarakat sering mengartikan diagnosis sebagai bukti dari “sesuatu” yang ada di otak atau sistem saraf.
Kebingungan Antara Diagnosis Medis dan Psikiatri
Kesalahpahaman ini muncul karena kebingungan akan cara kerja diagnosis medis dan psikiatri.
- Dalam dunia medis, diagnosis sering mengidentifikasi penyebab biologis yang mendasarinya. Misalnya, demam adalah gejala, sedangkan diagnosis (seperti malaria atau influenza) menentukan kondisi biologis yang menyebabkannya.
- Dalam psikiatri, diagnosis bersifat deskriptif—mengkategorikan perilaku dan gejala tetapi tidak mengidentifikasi penyebab biologis atau neurologis. Sayangnya, perbedaan ini tidak selalu jelas bagi orang tua atau terapis, dan akhirnya menyebabkan kebingungan.
Apa Sebenarnya Penyebab Gangguan Perkembangan?
Untuk memahami gangguan perkembangan, kita harus keluar dari gagasan bahwa diagnosis adalah penyebabnya. Perilaku—baik yang fungsional maupun tidak—muncul dari interaksi kompleks berbagai faktor, seperti genetika, neurobiologi, perkembangan psikologis, pengalaman hidup, dan relasi interpersonal.
Meskipun genetika dan biologi pasti memengaruhi perilaku, kedua faktor ini terus berinteraksi dengan lingkungan dan pengalaman anak, yang secara kompleks dan dinamis membentuk pola perilaku yang ditampilkan.
Kesimpulan: Peran dan Kekuatan dari Relasi Interpersonal dalam Terapi
Dengan menolak gagasan bahwa diagnosis gangguan perkembangan murni disebabkan faktor biologis, kita dapat menemukan potensi sesungguhnya dari intervensi dini.
Setiap perilaku mencerminkan interaksi antara susunan neurologis unik seorang anak dengan stimuli fisik dan sosial dari lingkungan mereka. Sebagai terapis atau orang tua, tanggung jawab utama kita adalah menggunakan relasi interpersonal—interaksi real-time antara kita dan anak—untuk menciptakan pengalaman transformatif yang mendukung perkembangan dan pembelajaran.
Referensi
Shedler J. A psychiatric diagnosis is not a disease. Psychology Today. Updated May 17, 2024. Accessed November 29, 2024.
Ahn WK, Flanagan EH, Marsh JK, Sanislow CA. Beliefs about essences and the reality of mental disorders. Psychol Sci. 2006;17(9):759-766.
Timimi S. A Straight Talking Introduction to Children’s Mental Health Problems (2nd ed.). Published August 20, 2013.